Thursday, December 29, 2016

Masalah Pendidikan di Indonesia


Assalamu'alaikum...

Hai sobat, jumpa lagi dengan saya. Alhamdulillah... Kali ini saya akan berbagi atau sedikit mereview sedikit tentang permasalahan pendidikan di Indonesia. Simak ulasannya dibawah ini ya sob...

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Pasalnya, hal itu dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan yang cukup memprihatinkan yakni urutan ke – 102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Sedangkan hasil survey dari Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia yang berada dibawah Vietnam.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia mengalami ketertinggalan mutu di dalam pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Kita dapat membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya di Indonesia demi pembangunan bangsa. Oleh sebab itu, kita harus meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia agar tidak kalah saing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain ya sob…

Sobat, bila kita amati nampak jelas jika penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pengajaran.  Hal itu masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.

Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan antara lain:

1    Rendahnya kualitas guru
Selain pendidikan di Indonesia memprihatinkan, keadaan guru di Indonesia pun juga memprihatinkan. Mayoritas guru belum memiliki profesionalisme yang cukup untuk menjalankan tugasnya sebagaimana yang tertera di dalam Undang-Undang Pasal 39 No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

2      Rendahnya prestasi siswa
Dengan keadaan rendahnya kualitas guru, pencapaian prestasi siswa pun juga tidak maksimal. Contohnya, pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia Internasional sangat rendah dibandingkan siswa Malaysia dan Singapura.
Anak-anak di Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari amteri bacaan dan ternyata mereka sangat kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan mereka menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.

3      Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup pada setiap tahunnya sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

4      Rendahnya sarana fisik
Seperti yang kita tahu bahwa cukup banyak sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, penggunaan media pembelajaran yang rendah, ataupun buku perpustakaan yang masih minim dan tidak lengkap. Ironisnya lagi, masih ada sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan maupun laboratorium.

5      Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru sangat mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).

6      Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
Layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

7      Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Ya, kalimat inilah yang sering menjadi momok tersendiri bagi sebagian masyarakat menengah kebawah, sehingga masyarakat miskin lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Terlepas dari beberapa permasalahan diatas, tak menutup kemungkinan adanya beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, antara lain:

1.      Meningkatkan anggaran pendidikan
Dalam upaya meningkatkan anggaran pendidikan, pemerintah memiliki peran penting untuk menanggung biaya pendidikan bagi warganya, baik sekolah negeri maupun swasta.

2.      Manajemen pengelolaan pendidikan
Manajemen pendidikan yang baik harus memperhatikan profesionalisme dan kreatifitas  lembaga penyelenggara pendidikan

3.      Bebaskan sekolah dari suasana bisnis
Sekolah bukan merupakan ladang bisnis bagi pejabat Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru maupun perusahaan swasta. Tetapi sekolah merupakan tempat untuk mencerdaskan bangsa.

4.      Perbaikan kurikulum
Penyusunan kurikulum hendaknya mempertimbangkan segala potensi alam, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang ada.

5.      Pendidikan agama
Pendidikan agama di sekolah bukan sebagai penyampaian dogma atau pengetahuan salah satu agama tertentu pada siswa tetapi sebagai penginternasionalisasian nilai-nilai kebaikan, kerendahan hati, cinta kasih dan sebagainya.

6.      Pendidikan yang melatih kesadaran kritis
Sikap yang kritis dan toleran, akan merangsang tumbuhnya kepekaan sosial dan rasa keadilan. Oleh karena itu diharapkan bisa mengatasi masalah sosial, budaya, politik, dan ekonomi bangsa ini.

7.      Pemberdayaan guru
Guru hendaknya lebih kreatif, inovatif, terampil, dan berani berinisiatif dalam mengembangkan model-model pengajaran secara variatif.

8.      Memperbaiki kesejahteraan guru
Guru merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan. Sehingga guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan wawasan maupun mutu mengajarnya serta menghasilkan output yang baik.

9.      Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

Adapun strategi yang dapat dilakukan, yaitu pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di wilayah terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak yang memiliki kelainan, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menunjang pendidikan yang berkualitas.

Indonesia memang tak luput dari berbagai masalah pendidikan, namun tak menutup kemungkinan adanya berbagai macam upaya untuk membangkitkan Indonesia dari keterpurukannya.

Demikian yang dapat saya ulas kali ini ya sobat, semoga bermanfaat..

If You Think You Can, You Can 😍

Wassalamu'alaikum...

No comments:

Post a Comment

About